Multikemasplastindo – Plastik menjadi salah satu bahan yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Bahan ini telah menjelma menjadi beragam produk, baik sebagai bahan baku suatu barang hingga menjadi bahan pelapis dari suatu kemasan barang.
Sifatnya yang mudah diaplikasikan menjadi berbagai barang dan pelapis pada berbagai barang, murah, tahan lama serta bisa didaur ulang, membuat plastik menjadi bahan favorit dalam berbagai sektor industri hingga menjadi perlengkapan rumah tangga.
Penerapan Circular Economy dalam Industri Plastik Indonesia, Apa Pengaruhnya?
Sebagai bahan yang digemari banyak pihak, berimbas pada overuse atau pemakaian plastik melebihi dari kapasitas aslinya. Pemakaian secara berlebihan ini mengarah kepada pencemaran lingkungan akibat limbah plastik yang susah terurai dan menumpuk di berbagai tempat. Seperti di tempat pembuangan akhir hingga dasar laut.
Dalam mencari jalan keluar untuk mengatasi melimpahnya limbah plastik, banyak peraturan pemerintah ditetapkan mengenai penggunaan plastik dalam berbagai aplikasi. Salah satunya adalah penerapan circular economy.
Dalam artikel ini akan dijelaskan apa itu circular economy serta dampak atau pengaruhnya pada industri plastik.
Apa Itu Circular Economy?
Circular economy atau ekonomi sirkular memiliki artian sebagai sebuah alternatif dari penerapan ekonomi linier tradisional. Ekonomi linier tradisional berpaku pada sistem buat, gunakan dan buang, sedangkan circular economy mengubah sistem tersebut menjadi produksi, gunakan dan buang.
Ekonomi sirkular adalah suatu sistem industri yang sifatnya restoratif dan regeneratif dengan suatu desain, dimana sistem ini menggantikan konsep ‘akhir hidup’ suatu produk menjadi penggunaan energi yang terbarukan, perlahan menghapuskan penggunaan bahan kimia beracun dan berusaha meminimalisir produksi limbah dengan perbaharuan desain bahan, produk, sistem serta model bisnis yang ada.
Atau lebih singkatnya, ekonomi sirkular mengusahakan bahan-bahan yang digunakan selama proses produksi tetap berputar atau menjadi satu siklus dalam sebuah sistem lingkaran tertutup.
Tidak hanya menjadi limbah sekali pakai yang langsung dibuang setelah sekali digunakan.
Ekonomi sirkular meminimalisir penggunaan sumber daya, emisi, sampah serta energi yang terbuang dengan membatasi hingga menutup siklus produksi-konsumsi, dengan cara perancangan ulang produk agar semakin tahan lama, pemeliharaan produk, inovasi desain produk, penggunaan kembali, remanufaktur, melakukan daur ulang ke produk semula atau recycle, serta daur ulang menjadi produk lain atau upcycle.
Prinsip Circular Economy
Terdapat beberapa prinsip circular economy. Menurut World Economic Forum, prinsip dari circular economy adalah sebagai berikut:
- Circular economy memiliki tujuan untuk merancang produksi limbah dari produk yang telah dioptimalkan. Yakni produk dapat dibongkar dan digunakan kembali.
- Circular economy memperkenalkan berbagai sektor industri pada diferensiasi antara komponen habis pakai dengan komponen yang dapat bertahan lama pada suatu produk jadi.
- Circular economy menuntut atau memerlukan energi terbarukan oleh untuk menjalankan siklusnya. Tujuannya adalah untuk dapat mengurangi ketergantungan sumber daya serta meningkatkan sistem ketahanan.
Di sisi lain, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia atau Kemenperin memiliki lima prinsip utama untuk circular economy atau ekonomi sirkular ini. Yaitu 5R atau reduce, reuse recycle, recovery, dan repair.
1. Reduce – yang dimaksud dengan reduce adalah dengan pengurangan pemakaian bahan baku mentah atau material mentah dari alam. Seperti minyak bumi, bubur pulp, dan kayu-kayuan. Hal ini bertujuan untuk mencegah kelangkaan sumber daya alam serta menjaga ketersediaan sumber daya alam untuk jangka waktu yang lebih lama.
2. Reuse – yakni dengan mengoptimalkan penggunaan material atau bahan baku yang dapat digunakan kembali. Contohnya seperti penggunaan plastik yang dikelola menjadi biji plastik untuk kemudian diolah menjadi produk plastik lainnya. Dengan pemanfaatan material yang dapat digunakan kembali, pemilik sektor industri dapat mengurangi beban biaya pembuatan serta mengurangi limbah dari kegiatan pemanfaatan kembali.
3. Recycle – yang dimaksud dengan recycle adalah pemanfaatan material atau bahan hasil dari proses daur ulang. Material atau bahan hasil daur ulang memiliki ketersediaan yang lebih banyak dan lebih mudah dijangkau dibandingkan dengan memanfaatkan sumber daya alam atau bahan baku mentah dari alam. Selain itu, biaya bahan baku mentah lebih murah dibandingkan dengan biaya bahan baku mentah.
4. Recovery – yakni dengan memproses bahan baku daur ulang yang disesuaikan dengan kebutuhan pemanfaatan. Bahan baku daur ulang telah menjalani beberapa proses serta penambahan bahan lain agar dapat digunakan kembali. Maka dari itu, diperlukan proses recovery untuk penyesuaian pemanfaatan bahan baku daur ulang.
5. Repair – yang dimaksud dengan repair adalah melakukan perbaikan pada bahan baku sisa limbah. Sebelum digunakan kembali dalam bahan baku daur ulang, dapat dilakukan perbaikan agar pemanfaatan bahan baku jauh lebih efisien dan efektif dalam proses produksi.
Penerapan Circular Economy di Indonesia
Di Indonesia, penggunaan plastik dalam berbagai bentuk dan berbagai produk terus meningkat dari waktu ke waktu. Selain dari limbah rumah tangga, sampah plastik paling banyak juga dihasilkan oleh usaha kecil menengah di bidang makanan dan minuman.
Terlebih sejak pandemi, angka penggunaan plastik untuk kemasan makanan dan minuman yang dipesan secara online semakin meningkat dari waktu ke waktu. Keterbatasan ruang gerak masyarakat guna memutus rantai pandemi, menjadikan pesan makanan dan minuman secara online sebagai salah satu kebiasaan baru.
Penggunaan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan pengelolaan ulang, tentu membuat limbah plastik sekali pakai terus menumpuk tanpa terkendali.
Sistem ekonomi sirkular atau circular economy dinilai pendekatan yang pas untuk mengatasi masalah limbah plastik dari masyarakat. Yakni dengan prinsip 5R dan produksi-gunakan-buang.
Sistem yang mengadopsi dari Eropa ini bertujuan mempertahankan nilai dari suatu produk agar masih dapat digunakan berulang kali tanpa menghasilkan sampah atau zero waste. Guna mencapai tujuan bersama tersebut, dapat dilakukan tiga hal. Antara lain:
Mengurangi Jumlah Konsumsi Plastik – yakni dengan mengurangi konsumsi atau pemakaian plastik hanya dalam sekali pakai. Mengurangi konsumsi plastik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti membawa tas belanja yang dapat digunakan berulang kali saat akan membeli sesuatu, membawa tempat minum dan makan sendiri saat memesan makanan, atau menggunakan kantong kresek beberapa kali sebelum dibuang.
Menjadi Bijak saat Mengonsumsi Plastik
Mengurangi jumlah konsumsi plastik tentu tidak dapat menutup meningkatnya limbah plastik sehari-hari. Untuk mewujudkan menjadi bijak saat mengonsumsi plastik adalah seperti memilih plastik hasil dari daur ulang. Atau bisa juga dengan menggunakan plastik dengan kekuatan dan ketahanan tinggi sehingga dapat digunakan berulang kali dibandingkan menggunakan plastik sekali pakai.
baca juga
- Panduan Lengkap Pemula: Kemasan Produk dengan PE Shrink
- PE Shrink: Kemasan Inovatif dengan Segudang Manfaat
- PE Shrink: Pilihan Utama untuk Industri Pengemasan
- Keunggulan PE Shrink: Film Pelindung Unggul untuk Pengemasan
- Kelebihan PE Shrink Film: Panduan Optimalisasi Penggunaannya
Adanya Perubahan Sistemik
Dengan tingkat sosialisasi yang rendah serta kesadaran masyarakat yang masih sangat minim terhadap pencemaran lingkungan dan penggunaan plastik yang berlebihan, kedua cara di atas tentu tidak dapat memberi dampak yang besar terhadap sistem circular economy. Sebagai upaya penegasan, dapat dibuat peraturan-peraturan pendukung tentang penggunaan plastik di masyarakat. Seperti pembatasan penggunaan kantong plastik belanja di berbagai minimarket, supermarket hingga pusat perbelanjaan konvensional disertai denda yang mengikat.
Jenis plastik yang dapat digunakan berulang kali bisa Anda temukan di Multi Kemas Plastindo. MKP merupakan supplier dan distributor plastik Bandung yang menyediakan beragam produk untuk kebutuhan berskala kecil hingga skala industri.